Label

Minggu, 24 April 2016

satu tahun kepergian ayah

Senin, 25 April 2016

Satu tahun sudah, tapi wajah dan kenangan tentang ayah masih melekat dalam ingatan. Ada banyak kenangan tentangmu yang takkan cukup ku tulis bahkan dengan satu buku. 
Hal yang selalu aku ingat saat di kampung dan listrik padam, kita sekeluarga akan berkumpul di ruang tamu dengan sebuah lilin atau pelita sebagai penerang. Ayah akan menceritakan banyak kisah hingga lampu menyala, entah dongeng, kisah perjuangan, dll menjadikan moment listrik padam selalu saya tunggu tunggu.

Ayah nasehat nasehatmu akan selalu ku ingat. Ketika aku hampir menyerah aku ingat ayah selalu berkata " ayo berusaha, lebih baik usaha yang gagal dari pada gagal tanpa usaha." Ayah selalu mengajarkan kami hidup sederhana, katamu "kadang kadang orang perlu belajar hidup susah, karena kalau untuk bersenang senang semua orang tau caranya". Saat ayah mengajarkan untuk selalu rendah hati. Saat ayah mengajarkan keikhlasan terlebih saat berapa kali barang barangku di curi. Ayah selalu berkata, "kebermanfaatan barang itu untukmu sudah selesai, kalaupun tidak hilang bisa saja rusak. Biarkan barang itu pada pemiliknya yang baru entah akan membawa manfaat atau justru merusak orang yang mencurinya, Allah akan menggantinya dengan yang lebih baik".
Aku ingat banyak hal yang ayah lakukan untukku, mengantar dan menjemput kami dari sekolah, memenuhi semua kebutuhan kami sehingga kami tak pernah merasa kurang, aku ingat ayah bahkan pernah dalam sehari semalam pulang balik sengkang makassar hanya demi memperbaiki colokan listrik karena takut saya kenapa napa. Ayah bahkan masih menyimpan banyak surat penghargaan kami bahkan yang cuma skala sekolah. 

Ayah engkau pergi begitu cepat, kami bahkan belum jadi siapa siapa. Kami belum bisa membuatmu bangga. Pertama kalinya sepanjang ingatanku ayah jatuh sakit dan ternyata karena sakit itulah engkau tiada. Andai waktu bisa di putar, takkan kusia siakan waktu 10 hari itu, takkan kulewatan bahkan untuk tidur sekalipun. Aku akan merawat ayah sebaik yang kubisa. Ayah, aku sayang ayah, sangat. :'(

Pikirku, ayah akan segera sembuh. Siapa yang bisa menduga bahwa ketika kami bertiga bergantian menyuapimu makanan yang sudah di haluskan dan ayah terlihat membaik akan menjadi makanan terakhir yang masuk ke mulut ayah. Siapa yang menduga ketiga ayah tertawa keras ketika kembar melatih ayah menyebut huruf melatih pengucapan ayah, itu adalah hari terakhir kami mendengar tawamu. Siapa yang mengira justru di detik detik menjelang saya dan tini menyelesaikan studi, Allah justru lebih rindu bertemu denganmu. Tapi, itulah takdirNya. 

Ayah kau telah mendidik kami, ketiga putrimu juga banyak murid muridmu dengan baik, insyaallah surga adalah balasannya. Hanya doa kami yang bisa kami panjatkan semoga ayah tenang disana. Kami akan menjalankan kehidupan kami dengan baik, segala nasehatmu akan kami ingat dan laksanakan, mudah mudahan kami bisa membuatmu bangga. Aamiin.

Insyaallah mulai hari ini aku akan menjalankan hidupku jquh lebih baik dari sebelumnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

komentnya dong... :)