Label

Rabu, 02 April 2014

ísť

Sambil berlari kusempatkan melirik jam pada tanganku. Ahh tinggal tiga menit, nggak akan keburu, pikirku. Lariku sudah maksimal, tidak bisa lebih kencang dari ini lagi. Ini saja sudah membuatku menjadi perhatian beberapa orang di pinggir jalan. Mereka pasti berpikir apa yang mengejarku, tapi aku yakin mereka tak akan menganggapku maling. Tidak nampak potongan maling dari gayaku. "taxi" ku teriaki kencang-kencang taxi yang menuju ke arahku, ada penumpangnya ternyata. Aku harus berpikir cepat ini takkan keburu. Interviewnya pasti sudah mulai sekarang. Seharusnya ada dua orang peserta yang di interview, aku dan saiganku. Aku kalah. Menyerah saja? Ahh jangan, aku sudah terlalu jauh untuk menyerah.

Aku melanjutkan lariku, meski kutau dengan kekuatanku tak mungkin akan kucapai kantor dengan jarak 6 km itu dalam waktu satu jam. Aku tak bisa tenang menunggu kendaraan. Berdiri menunggu bagiku sama saja dengan buang-buang waktu. Setidaknya kalaupun aku tak sampai pada tujuanku jika aku terus berlari, aku merasa aku telah berjuang. Setidaknya aku tidak diam menunggu. 

Aku terus berlari sampai akhirnya sebuah mobil hambir menabrakku. Untung respon tubuhku sangan cepat, aku berhenti seketika. Ingin meledak marah oleh mobil yang tiba-tiba berhenti itu. Kulirik sebentar, tak ada waktu berdebat pikirku, ini sudah sangat terlambat. Aku sudah bersiap lari kembali sampai kaca mobil perlahan-lahan di turunkan dan suara seseorang di mobil memanggilku. Bukan memanggil karena ingin minta maaf, tapi dia memanggil karena kenal. Seseorang itu memanggil  namaku. 

"Ya ampun, Anne mau kemana?" sapa orang itu dengan suara cempreng yang khas yang tak mungkin kulupakan.
" Kamu Ki, kirain siapa, sudah beda banget sekarang, tambah cantik", pujiku tulus. 
"Hehehe,,,, makasih. Mau kemana? Sini deh aku antar" tawaran dari kiki langsung kusambut, tanpa basa-basi akupun naik ke mobilnya. Ahh,,, adem. Syukurlah, untung juga ada teman di situasi seperti ini. Belum sempat menyalakan kembali mobilnya, tiba-tiba HP kiki berdering. Waduh,,, siapa sih tuh, nggak tau orang lagi buru-buru aja, pikirku. Tapi biarlah, aku kan cuma penebeng, nggak punya hak untuk protes, lagi pula pasti naik mobil ini lebih cepat dari pada harus nunggu Angkot. 
"iya sayang,--------- aku sudah menuju kesana,------- aku sudah pasti diterima kan,--------------- kok bisa,-- hahaha,------------------------ kayaknya tuh orang sudah tau dirinya bakalan kalah deh, --------hahaha iya aku ke sana sekarang, -------------tutup dulu dong telponnya.----------- iya secepatnya. -------lagian apa juga sih gunanya buru-buru kan aku sudah pasti kepilih.--- oke deh sayang.--- miss you too"
Akhirnya telpon pengganggu itu selesai  juga. Aku hanya melebarkan senyum ke Kiki, bahasa halus dari "ayo Ki cepat nyalakan mesin mobilnya" tapi itu tentu saja hanya aku ucapkan dalam hati. Akhirnya Kiki menyalakan mesin mobil. Ketika laju mobil sudah stabil Kiki balik ke arahku dan berceloteh.

"Itu tadi pacarku Anne, dia yang ngasih mobil ini. Aku juga ditawari kerja di tempatnya, posisi penting lagi" Aku hanya senyum-senyum dan sesekali bilang wow, atau oh. Oh iya yah, aku sampai tidak sadar betapa banyak perubahan Kiki sekarang. AKu pikir itu adalah hasil dari kerja kerasnya, ternyata dia punya penyandang dana. Enak ya jadi Kiki.. Husss hilangkan pikiran itu jauh-jauh.. 

" Dan lucunya lagi, sekarang ini seharusnya aku di interview bersama satu orang lagi sainganku. Tapi katanya sainganku tadi belum datang. Kasian juga dia, mungkin dia punya firasat kalau dia bakalan kalah. Aku sudah pasti terpilih, dia hanya formalitas saja" lanjutnya menerangkan.. tapi tunggu,,, kok ini seperti kisahku.

" Memang pacarmu kerja dimana?" 

"Di Perusahaan Abdi Guna, dia kepala HRD di sana" jawabnya. 

Ya Allah benar, saingan yang dia maksud adalah saya, jadi saya hanyalah formalitas. dengan segala usahaku, kenapa ini kelihatan sangat tidak sepadan. Sungguh tak adil

"oh iya Ann, Kamu mau saya antar ke mana?" 
"Di depan sini saja, ada teman yang harus ku temui di sana" kataku mengada-ngada. pertemuan ini harus segerah diakhiri. Aku kalah sebelum berjuang, sebelum bersaing. Sungguh persaingan yang sangat tidak adil
"Makasih ya Ki, lain kali kita ketemu lagi" Aku masih sempat memberikan senyum terbaikku pada sainganku itu. Aku tak tau mau ke mana sekarang

__ bersambung