Label

Jumat, 28 Oktober 2011

k.e.c.e.w.a

dengarkanlah hanya tuk kali ini
kan ku katakan isi hatiku
semuanya kan kuungkapkan
coba ku lihat
apa kau mengerti
karena semakin hari
kita jalan bersama
tapi aku tak mengenal siapakah dirimu

jika memang
cinta (pertemanan) kau dan aku 
harus berakhir dan menyakitkan
kuterima pastikan kurelakan
biar tanpaku kau bahagia

karena semakin hari kita jalan bersama
tapi ku tak mengenal siapakah dirimu
sudah lelah kurasa kuselalu mengalah
atau memang kau inginkan cukup sampai disini
kau takkan pernah tau dan menyadari hancurnya hati ini

wahhhhh nih lagu sedikit mewakili perasaan gw kemarin2,,,,,
perasaan kecewa teman jalan yang tak mengerti dan tak dimengerti...... tapi z rasa kekecewaan ini akan cukup sampai disini... g ada manusia yang sempurna... dia juga g sempurna n ndak berusaha menyempurnakan dirinya. sudahlah 

hari ini sepertinya adalah titik tolak dari hari-hariku kemarrin.....
hufffff akhirnya bisa terlewati juga
capek juga ternyata memendam rasa jengkel......
akhirnya hari ini bisa menyanyi senang

makasih buat teman2 yang mengembalikan kata-kata yang pernah kuucapkan padanya...
makasih tetap bersabar menghadapiku yang menjadi bukan diriku akhir-akhir ini...
tenang...., nggak akan ada lagi sakit hati.....
kuikhlaskan semuanya...
biar Tuhan yang balas
semoga dibukakan pintu hatinya teman2 kita yang disana....
yang masih jadi budak emosinya.... yang masih jadi budak akan hasratnya...
semoga kita semua masih mampu saling mengingatkan......

aku tau mungkin sampai kapanpun kalian nggak akan pernah baca ini, tak mengurungkan niatku untuk bilang makasih lewat ini...

Kamis, 27 Oktober 2011

love me for who i am

heran,,,,, bingung,,,,,,,,,,,,,,, benci,,,,,,,,,,,,sedih,,,,,,,,,, semuax.

saya hanya ingin semua orang bisa menerimaku apa adanya....
JUST LOVE ME FOR WHO I AM
saya benci kondisi seperti ini... Tuhan,,, bantu aku keluar dari masalah ini....
Tuhan,,,, bantu aku tetap sabar......
Tuhan,,,, semoga aku tetap kuat tak menghujat meskipun seseorang disana menfitnahku
Tuhan,,, semoga cepat Engkau perlihatkan kebenaran agar mereka belajar





BOSANNNNNNNNNNN



sedih


bingung.,,,,,,,





 

Selasa, 25 Oktober 2011

aku bukan merajuk

awalnya semua berjalan lancar, tak kusangka akan berakhir seperti ini. siapa yang salah? tentu saja dari sisi mereka aku yang salah, tapi jika kalian mau mencoba berpikir dari sisiku, tentu kalian akan melihat bahwa aku tidak salah sama sekali dalam hal ini. padahal kemarin malam kita semua sudah saling mengeluarkan unek-unek. dan pagi inipun kita sedang asik foto-foto. tapi entah ide dari mana sehinggah kalian berpikir untuk menceburku ke air laut. padahal kamu tau aku sangat tidak menyukai hal itu. aku yang mencium kejahilan kalian lari semampuku, tapi karena lariku lambat makax kalian bisa mengejarku. setengah mati kupertahankan posisiku. aku berkeras, melepaskan semua genggaman kalian semua. mempertahankan kamera tetap di tanganku agar kalian tidak menceburku ke laut karena kamera itu. tapi aku sendiri dan kalian banyak, setelah sekian lama, akhirnya pertahananku kalah. entah siapa saja yang menyeretku ke laut, aku tak ingat lagi. intinya ada yang memegang tanganku, ada yang menyeret kakiku dan ada yang setengah mati mengambil kameraku.
pada akhirnya terwujud keinginan kalian, aku berhasil dibawa ke laut. dan seelah itu  kalianpun puas, kalian tidak melihat sakit dalam hatiku. aku bergegas ke darat, tak memperdulikan seorangpun diantara kalian. saat di banguanan kecil dipinggir laut, aku menyeka air mataku. dan salah seorang diantara kalian mengatakan kalau aku menangis. mungkin sedikit dari kalian ada yang menyesal. tapi itu tak mengubah apa-apa saat itu. intinya aku masih sakit hati. mungkin menurutmu aku keterlaluan hanya karena persoalan seperti itu aku marah. dalam diam aku bergegas mengganti pakaian, anak-anak yang lain yang tak mengerti masalah menatapku keheranan. kamu mengejarku tapi tak kuperdulikan kau sama sekali. tak sepatah katapun keluar dari mulutku. kalian tak mengerti perasaanku. aku hanya berpikir aku tak pernah meminta banyak dari kalian, aku hanya ingin kalian mengerti bahwa ketika aku berkata tidak iu artinya tidak, mau hal itu sekecil dan seesepele apapun. aku hanya berpikir sekian lama kita berteman, dan aku tak pernah menuntu apapun, aku selalu mengerti kalian, tapi kenapa persoalan kecil begitu kalian tak mengerti. mestinya kalian bisa tau kalau aku sangat tak suka ketika tak kulepas kamera dari tanganku meskipun sudah sangat dengan air., itu artinya aku memilih kamera itu rusak hanya agar aku tidak ke laut.
sejujurnya ini bukan persoalan air lautnya, tapi sesuatu yang tidak saya ingini tPI kalian paksakan. saat itu setelah ganti pakaian, aku masih tak memperdulikan seorangpun diantara kalian, aku hanya langsung ke tenda. meskipun kondisi tenda saat itu sangat panas, aku tak perduli. kuambil jaket menutupi mukaku, kemudian aku menangis. kemudian salah seorag diantara kalian membujukku. dan yang lain diluar tenda bercerita tentang aku, menceritakan kalau aku tak suka dibujuk. oke hal itu adalah benar bahwa aku tak suka dibujuk. tapi kemudian dia menambahkan kalau saya dibujuk dan saya marah saya bisa mencaci keluarga mereka. aku semakin sedih mendengarnya, karena yang berkata begitu adalah teman dekatku yang belum pernah sekalipun saya kasih begitu. kapan saya pernah marah padanya seeperti itu. ketika saya tidak suka sesuatu aku hanya diam, mana mungkin saya akan membawa-bawa keluarga kalian, apa salah mereka. belum lagi ketika dia menceritakan kelemahanku yang lain yang dia besar-besarkan. sakit hatiku mendengarnya, tapi aku tak akan muncul di depan mereka dengan kondisiku seperti ini. sudahlah.... agi mereka aku gampang sekali merajuk. padahal seandainya mereka tau, aku bukan merajuk, aku menghindar karena aku benci menangis di depan orang lain. tak ada dendam sama sekali dalam hatiku,

memiliki kehilangan

aku sangan menyukai kata-kata ini, "memiliki kehilangan". meskipun aku tak tau makna sebenarnya seperti apaa. tapi kadang-kadang aku merasa kalau kata-kata ini mewakili sepotong kisahku. memiliki kehilangan. entahlah apakah perasaan yang sekarang aku alami adalah sesuatu yang semacam itu. aku kehilangan sesuatu yang baru-baru saja aku miliki. atau mungkin lebih tepatnya, aku baru merasa memilikinya setelah aku kehilanganx.

kadang aku berpikir
sanggupkah kita terus coba
mendayung perahu kita
menyatukan ingin kita
sedang selalu saja
riak yang kecil mengusik
bagai ombak yang kencang
goyahkan kaki kita

Senin, 24 Oktober 2011

stupid things

semakin lama mengenal kalian, aku semakin menjadi orang jahat. aku berusaha bertahan tetap baik meskipun itu artinya aku yang akan terus-menerus tersakiti. kututupi semua aibmu di depan semua orang tapi kenapa justru kau menceritakan hal yang tidak benar tentang aku, seolah-olah kau mengerti tentangku melebihi diriku sendiri.
sekarang aku terima kalian marah padaku, aku terima kalian kecewa kepadaku. aku hanya ingin menjelaskan sedikit agar kalian tidak salah paham hanya karena ceritanya. aku tau kalian kecewa dan marah karena kalian memiliki kepedulian yang besar terhadapku. tapi usahaku hanya akan sampai disitu saja, aku tak akan minta kalian memaafkanku lagi, sudah cukup. toh aku juga tidak salah. intinya kapanpun emosimu telah hilang, aku akan ada sebagai teman yang baik untuk kalian semua.

Kamis, 13 Oktober 2011

try

i don't know what  should i do. Should I stick to this commitment. I'm sure the answer is "yes". I believe a good woman just for men as well. although, my friend said not until I'm too picky. maybe I don't get anything. 
I do not know write english but I'll try. today I'm sad. but maybe I should be happy. I do not know. someone thinks to stay away from me. affairs of the organization was not completed. there has been no research titles. oh God help me.

Rabu, 05 Oktober 2011

CUMA NULIS PART 1

 Suasana di sengkang benar-benar gersang bulan ini. Setiap pohon mulai menggugurkan daunnya demi bertahan hidup. Dengan langkah terburu-buru, Lena memasuki pelataran rumahnya, sebuah rumah mungil di pinggir kota dengan halaman yang luas dengan berbagai macam pohon di halamannya. Ayahnya memang sangat senang menanam pohon, segala macam pohon tumbuh di halamannya. Mulai dari mangga, jambu, sampai pohon nangka dan pisangpun ada di samping rumahnya. Rumah mungil lena juga di tumbuhi berbagai macam bunga, berhubung ibu lena sangat gemar menanam bunga. Segala macam bunga ada di situ. Perpaduan antara tanaman yang ditanam ayah dan ibu Lena menjadikan halaman rumahnya sangat asri. Yang anehnya justru Lena tidak punya hobi menanam bunga atau tanaman sama sekali. Dia malah lebih suka mengurus kucingnya yang banyak.
Membuka pintu rumah, Lena langsung disambut oleh kucingnya yang dia  beri nama orange, berhubung warna bulu kucing tersebut jingga. Selain orange, Lena masih punya banyak kucing. Ada yang dinamainya Dedi, sama dengan nama mantan pacar pertamanya. Ada yang dinamainya Rangga karena saat dia menemukan kucing itu dia tersobsesi sama rangga salah satu karakter dalam film AADC yang di perankan oleh nikolas saputra. Kalau yang paling dekat dengannya, dia beri nama Manja, manja paling suka mengelus-eluskan badannya di kali Lena. Saat Lena tidur, dengan tenang Manja akan tidur di bawah kaki Lena. Lena yang sudah terbiasa tidak akan merasa terganggu sama sekali. Manja juga satu- satunya kucing betina yang dipunyai lena. Ketiga lainnya adalah kucing jantan.
Lena langsung mengangkat Orange dan menggendongnya dalam pelukannya. Membawanya sampai ke kamarnya. Orange langsung melompat dari pelukan Lena begitu sampai di kamar, langsung mengganggu Manja. “hmmmmm dasar kucing ganjen”pikir Lena.
Lena merebahkan tubuhnya di kasur, kembali mengingat kejadian di sekolahnya. Dia serasa mau menangis. Bagaimana tidak dia merasa sangat dipermalukan. Rasanya seperti dia kehilangan muka di depan teman-temannya. Bebi sahabatnya mempermalukan dirinya dengan sesuatu yang sangat menyakitkan buat Lena. Tiba-tiba setetes air matanya keluar, dia kemudian menutup mata. Berusaha melupakan kejadian memalukan itu meskipun tidak bisa.
"Lena makan" panggil ibunya. Lena masih tak menghiraukan, sebenarya dari tadi perutnya mengisaratkan tanda-tanda lapar namun dia belum memiliki nafsu untuk makan.
“Lena ayo makan” ibunya masih memanggil untuk kedua kalinya. Lenapun beranjak. Dia memperbaiki raut mukanya. Dia tidak mau kelihatan kacau di depan ibunya. Ia kemudian keluar kamar. Dengan senyum dia bertanya pada ibunya “lauknya apa hari ini bu?”. Ibunya yang sedari tadi sibuk menata meja makan tidak menjawab, dia hanya memberi isyarat agar lena melihat sendiri di atas meja makan. Lena memperbaiki posisi duduknya, menunggu hingga ibunya juga duduk kemudian mereka berdua makan bersama. Tiap siang Lena memang makan berdua dengan ibunya, ayahya belum pulang dari tempat kerjanya, sementara kakaknya sudah dua tahun ini melanjutkan kuliah di Makassar. Makan berdua dengan ibunya sangat sepi karena ibu Lena tidak banyak bicara. “hmmmmmm,,,, ibu….” Lena berniat membuka pembicaraan.
“apa?” ibunya berhenti menyedok makanan, sepertinya dia sangat serius menanggapi Lena. Melihat ibunya terlalu serius, Lena jadi mengurungkan niatnya.
“nggak kok bu” Lena menambahkan sayur ke dalam piringnya. Kemudian menyantap dengan santai makanannya.
“bagaimana sekolahnya” akhirnya ibunya mengambil inisiatif untuk melajutkan pembicaraan.
“biasa aja bu” lena tidak enak menceritakan kisah memalukannya kepada ibunya. Lena tetap menyantap hidangannya. Memakan habis semua nasi dalam piringnya.
“syukurlah kalau begitu”, kata ibunya.  Lena hanya tersenyum, dia yang telah selesai makan beranjak membawa piring kotornya ke tempat cuci piring, ibunya juga sudah selesai makan. Ibuya membereskan meja makan sementara lena mencuci piring.
***
Pagi ini Lena kembali menginjakkan kakinya di sekolah, Hari masih sangat pagi. Udara masih segar, sekolahpun masih kelihatan sangat bersih, belum ada sampah dari daun. Sepertinya baru di sapu oleh tukang bersih-bersih sekolah. Pagi-pagi begini, sekolah masih sangat sepi. Lena melangkah pelan, ada rasa malas menyergapinya. Bukan karena tugas yang menumpuk tapi karena dia malu ketemu dengan teman-temannya. Dia berusaha bersabar, memasrahkan semuanya pada Tuhan. Disimpannya tas sekolahnya di kursinya, Melisa teman tempat duduknya belum datang. Hari ini Lena memang kepagian ke sekolah. Berhubung dia menumpang di mobil ayahnya yang sedang ada tugas yang harus di selesaikan pagi-pagi. Akhirnya dia memilih menumpang mobil ayahnya meskipun kepagian dari pada dia harus naik bus atau angkutan umum yang jalurnya berputar-putar.
Dia melihat sekeliling kelas hanya ada satu orang, si anak rajin, begitu cara dia menjuluki Aidil, teman sekelasnya yang paling pintar. Anak yang baru satu minggu pindah ke sekolah mereka. Dengar- dengar katanya pindahan dari SMA 1 Makassar, anak kota. Lena sudah mulai bosan dengan suasana sekolah yang sepi. Dia mengutak-atik tasnya mencari sesuatu yang dapat dia kerjakan, tapi dia tidak menemukan sesuatu yang menarik. Lena mulai berfikir untuk mengajak bicara si anak baru, tapi dia agak malu, akhirnya dia batal meluluskan niatnya. Dia hanya duduk bengong, dan akhirnya mengambil kertas dan pulpel menggambar. Tapi otaknya memang dasarnya buntu tidak ada inspirasi. Tiba-tiba seseorang mendekati bangkunya. Akhirnya Melisa datang juga, pikir Lena dalam hati.
“Hai . . .” Lena berbalik hendak menyapa Melisa, tapi kemudian mulutnya seperti bisu.
“Hai, lagi ngapain” Aidil melemparkan senyum manis kearahnya.
Lena yang masih tidak menyangka kalau orang yang mendekati bangkunya Aidil hanya bengong, dia tanpa sengaja menjatuhkan pulpen dari tangannya. Mungkin karena kaget bisa jadi juga karena dia gugup. Dia mengambil pulpennya  dan mulai memperbaiki kembali konsentrasinya, dia berusaha santai. Dan memperbaiki kembali posisi duduknya.
“Lagi coret-coret kertas aja nih” katanya sambil memperlihatkan kertasnya yang hanya berisi coretan tidak jelas.
“oh ia kita belum kenalan, saya Aidil. Kamu Lena kan?” Aidil mengulurkan tangan hendak kenalan. “wah,, dia kenal nama saya, jangan-jangan dia memperhatikan saya selama ini. Aduh Lena jangan GR dia tau kamu gara-gara kemarin kamu di ledekin satu kelas, siapa yang tidak kenal kamu kalau begitu”batin lena, dia mulai berfikir sendiri kenapa Aidil bisa mengenal namanya padahal mereka belum pernah kontak atau bicara sebelumnya.
“iya saya sudah kenal kamu kok, secara kamu tenar satu sekolahan” Lena juga mengulurkan tangannya membalas salam Aidil.
“oh ia kemarin itu kamu sama gaby punya masalah apa?” Aidil tiba-tiba menanyakan pertanyaan yang paling tidak ingin didengar oleh Lena. “Wah nih anak baru mulai menjengkelkan juga, masa baru bicara sudah ngomogin hal yang sensitive kayak gitu sih”. Lena pusing mau mejawab pertanyaan Deva.
“Wah berdua-duaan aja nih.” Lena dan Aidil balik melihat siapa yang datang dan ternyata melisa.. Lena merasa seperti terbebaskan, dia sudah tidak berniat menjawab pertayaan dari Aidil. Dia kemudian mengajak bicara Melisa.
“Masalahnya kamu lama banget ke sekolahnya, dari tadi nggak ada orang cuma ada aku sama Aidil aja, dari pada bengong medingan cerita” Lena menjelaskan diikutin anggukan kepala Aidil. Aidil tak ingin mengganggu mereka berdua.
“Kalau gitu aku kesana dulu ya,” Aidil menunjuk keluar, kelapangan yang ada di depan kelas. Disana telah berdiri beberapa teman cowoknya. Juga tampak beberapa anak sedang asik main basket. Aidil kelihatannya berjalan menuju ke pinggir lapangan. Lena dan Melisa mengamatinya dari belakang. Lena mengamati lekat-lekat orang yang barusan di ajaknya bicara. Dia mulai menilai penampilan fisiknya.
“Lumayan juga ya.”tiba-tiba Melisa memuji aidil
“Apa?” Tanya lena yang pura-pura tidak mengerti yang dimaksud oleh Melisa. Dia takut melisa tau kalau dia sedari tadi memperhatikan Aidil.
“ Yang barusan pergi”
“Oh,,,”
“Kok cuma oh sih, bilang apa kek.”
“Masalahnya dia orangnya menjengkelkan.”
“Menjengkelkan mana dengan Gaby?”
“Ya gaby lah, tapi entahlah sayakan belum mengenal si murid baru.” Kata Lena, mereeka berdua kemudian bercerita sampai bel masuk berbunyi. Semua siswa sudah menempati tempat duduk masing-masing. Tampak juga gaby yang duduk di pojok kanan kelas, dari tatapan matanya dia ada niat lagi untuk mempermainkan Lena. Lena hanya bisa was-was menantikan apa yang akan dilakukan Gaby terhadapnya. Pikiran Lena kemudian menerawang, dia tidak lagi memperhatikan gurunya yang sedari tadi sibuk menerangkan. Lena mulai berfikir tentang hubungannya dengan Gaby. Dia mengurut peristiwa perkenalannya dengan Gaby sampai pada akhirnya mereka berdua tak lagi begitu cocok.
Masih jelas dalam ingatan Lena ketika mereka berdua masih menjadi sahabat akrab. Kemana-mana jalan berdua. Ada Lena artinya ada  Gaby, demikian pula sebaliknya. Mereka berdua sudah kenalan sejak baru masuk sekolah. Kebetulan pada saat MOS mereka dibagi kelompok dan kebetulan lagi mereka satu kelompok. Awalnya Lena agak segan dengan Gaby karena Gaby benar-benar bertolak belakang dengan dirinya, Gaby yang aktif dan cerewet sementara dia yang pasif dan pendiam.  Berawal dari MOS itulah mereka akrab, terlebih lagi ternyata mereka satu kelas. Lena sampai sekarang masih belum mengerti kenapa Gaby marah padanya. Dia juga tidak bisa mengingat sejak kapan Gaby mulai marah padanya. Lena tau semua kesukaan Gaby, hal-hal yang dibenci Gaby sampai rahasia-rahasia kecil Gaby yang tak seorangpun mengetahuinnya. Sebenarnya Lena tidak seberapa sakit karena dikerjai Gaby yang membuat dia sangat sedih karena mengingat hubungannya sekarang dengan Gaby. Dia tidak tau bagaimana cara memperbaikinya.
“Kalian  kerjakan latihan halaman 68.” Kata pak Husein, guru kimia mereka. Setelah berkata begitu, dia kemudian keluar kelas diikuti suara ribut anak anak dalam kelas. Hanya sedikit saja yang mengikuti perintah pak husein, selebihnya ada yang bergosip, ada yang berdandan, ada yang cuma bengong bahkan ada yang langsung mengeluarkan kartu dan mengajak yang lain untuk main kartu.
“Teman-teman ada gosib baru.” Gaby teriak menghebohkan satu kelas. Sontak satu kelas melihat kearahnya. Mendengar yang teriak Gaby, Lenapun menghetikan lamunannya. Dia khawatir kali ini yang digosipkan adalah dirinya. Dan benar saja ternyata yang diceritakan memang dia. “Tau nggak kembang desa kita menemukan jodoh tadi pagi. Dengan pangeran lebah dari kota”. Dia makin menambah volume suaranya diikuti “cieeee” dari anak-anak satu kelas. Meskipun dia tidak menyebutkan nama sama sekali, Lena yakin semua teman sekelas tau kalau yang dimaksud adalah dia dan Aidil. Makin lama Gaby makin keterlaluan pikir Lena. Tapi dari mana dia tau kalau tadi pagi dia hanya berdua saja dengan murid baru waktu di kelas.
Lena tak tahan lagi tinggal lama-lama di kelas, tanpa memperdulikan siapapun, dia keluar kelas. Sementara dia berjalan hanya satu yang ada di otaknya betapa tega Gaby melakukan itu padanya. Dia menuju taman sekolah, berusaha mencari ketenangan. Dia berjalan tergesah-gesah tak peduli apapun yang dilewatinya. Dari semua tempat di sekolah menurut Lena hanya dua tempat yang paling tenang menurutnya. Pertama perpustakaan  dan kedua taman sekolah. Perpustakaan memang tenang, bahkan bisa dikatakan sangat tenanng, makanya ketika ke sana Lena pasti mengantuk, lagi pula dia tidak memiliki minat baca yang tinggi. Makanya yang selalu mejadi alternative lena ketika pusing adalah taman sekolah. Lena akan betah duduk berlama-lama di taman. Duduk  sambil menikmati suasana yang sejuk, kadang kala ketika tidak ada orang dia menyenandungkan lagu. Lagu apa saja yang sesuai dengan suasana hatinya. Karena terlalu terburu-buru Lena tanpa sengaja menabrak seseorang. Seorang laki-laki. Untungnya laki-laki itu tidak jatuh karea memang bobot tubuhnya pasti lebih berat dari Lena. Tapi buku bawaannya berhamburan.
“maaf” hanya itu yang keluar dari mulut Lena. Untung laki-laki itu tidak mempermasalahkan. Lena membantu memungut buku yang berserakan dan kemudian menyerahkan ke lelaki itu. Laki-laki itu langsung pergi, sepertinya dia juga sedang buru-buru. Lenapun melanjutkan perjalanannya. Tidak lama dia telah sampai ke taman sekolah. Kali ini dia hanya duduk melihat ke sekeliling taman. Tidak ada orang. Memang masih jam pelajaran makanya tak ada siapa-siapa disana. Kalaupun waktu istirahat juga hanya sedikit bahkan tidak ada orang yang ketaman itu, mereka biasanya lebih memilih menghabiskan waktu istirahat di kantin. Tiba-tiba angin bertiup kencang, sepertinya mau hujan, Lena akhirnya memilih kembali ke kelas.
***
Di kelas
“ Maaf ya Gaby, meskipun aku cuma anak baru, aku mau bilang kalau cara kamu sudah keterlaluan”
“ Ia aku nggak nyangka kamu tega begitu sama Lena, dia kan sahabat kamu” terdegar suara Melisa juga membela Lena. Melisa sudah geram melihat Gaby yang masih tetap melanjutkan ejekannya meskipun Lena sudah tak disana. Sepeninggal Lena, Melisa yang membelanya. Melisa tidak membela Lena ketika dia masih di sana karena Melisa tidak mau Lena merasa lemah dan kemudian akan merasa tidak berdaya.
Mendengar pembelaan Aidil dan Melisa, Gaby hanya diam. Dia hanya berjalan keluar, tak ada yang mengerti jalan fikiranya.
***
Di lorong sekolah
Lena berjalan menunduk, malas memperhatikan yang ada disekitarnya. Tali sepatunya yang sedari tadi terbuka juga malas diperhatikanya. “palingan jatuh” pikirnya, tidak mungkin lebih sakit dari itu. Sekarang dia telah berada di depan kelas 2 bahasa, tinggal beberapa kelas lagi dia mencapai kelasnya. Dari kejauhan dilihatnya bayangan seseorang sedang keluar dari kelasnya. Berjalan terburu-buru. Gaby, ya… benar orang yang berjalan itu teryata Gaby, Lena tak berani mengangkat mukanya. dia tetap berjalan dan sekarang mulai agak berjalan di pinggir memberikan ruang berjalan yang cukup buat Gaby nantinya di sampingnya.
Gaby semakin dekat, dan semakin dekat lagi. Sekarang Gaby telah berjalan tepat disampingnya, dia tetap menunduk tapi juga mencuri pandang. Kemudian Lena kaget, dia tidak yakin akan apa yang dilihatnya. Gaby menangis? Dia bertanya sendiri, dia yakin apa yang dilihatnya adalah benar. Memang benar air mata yang keluar dari mata Gaby. Tapi kenapa. Pertanyaan itu yang kemudian muncul di benaknya. Dia kini berbalik melihat kearah Gaby, tapi yang dilihatnya hanya punggung Gaby saja. Gaby tetap berjalan cepat tanpa menoleh ataupun berbalik kearahnya. Lena memilih berdiri diam sebetar mengamati Gaby sampai Gaby benar-benar hilang dari padanganya. Sejenak dia melupakan kejengkelannya terhadap Gaby, dia buru-buru menuju kelasya mencari tau apa yang terjadi pada Gaby. Rasa khawatirnya megalahkan rasa kesalnya pada gaby. Walau bagaimanapu dia masih meganggap Gaby sahabatnya. Saat sampai di kelas, Lena mendapati teman-temanya masih ribut. Lena mengurungkan niatnya bertanya dia hanya duduk kembali ke tempat duduknya.
“Mel, aku mendingan mati aja deh” Lena tiba-tiba merasa frustasi. Entah apa yang ada dalam fikirannya. Melisa langsung berbalik kearahnya, dia tidak menyangka temannya bisa memiliki pikiran gila seperti itu. Dia prihatin melihat kondisi temannya.
“hus,, nggak boleh bilang begitu” Melisa mencoba menenangkan. “kalau ada yang mau kamu cerita, cerita sama saya saja.”  Tambahya.
“lain kali insyaallah aku pasti cerita sama kamu, sekarang rasanya aku mau menenangkan diri terlebih dahulu”.
***
Di taman
Kali ini tukaran, giliran Gaby yang berdiam diri di taman. Dia mengeluarkan mp3nya, menyetel musik. Air matanya mengalir di pipinya. Dia mengingat semua kejadian antara dirinya dan Lena. Taman ini adalah tempat faforit mereka berdua.  Tempat mereka biasa menghabiskan bekal yang dibuatkan oleh ibu Lena. Gaby rindu ingin memakan makanan yang biasa dibuatkan oleh ibu lena, sudah lama juga dia tidak mencicipi masakan buatan ibu lena. Gaby menangis sambil menikmati musiknya. Sesekali dia teriak mengikuti lagu yang ada dalam mp3nya.
“Ku ingin marah melampiaskan.Tapi ku hanyalah sendiri disini, ingin kutunjukkan pada siapa saja yang ada bahwa hatiku kecewa.” Lagu itu terus menerus dinyanyikan oleh Gaby. Dia berteriak tak peduli bahkan pada kemungkinan orang lain bisa saja menganggapnya gila lantaran sikapnya tersebut. Dia tak peduli,Lagu  Bunga Citra lestari tersebut sepertinya mengambarkan apa yang sedang dia rasakan. Tapi siapa yang bisa menebak apa yang dirasakan oleh Gaby. Memang dia orang yang cerewet dan banyak bicara tapi untuk masalah pribadinya dia adalah sosok yang paling tertutup. Celah utnuk wilayah pribadinya terlalu rapat untuk dimasuki oleh siapapun bahkan Lena sekalipun yang sudah menjadi sahabatnya semenjak maba. Dia selalu ceria dan ceplas ceplos seolah tanpa beban selama ini.
***
dirumah,
Lena makin sering melamun, dia tidak begitu sesemangat dulu lagi. Dia merebahkan tubuhnya sambil memandangi sekeliling ruangan kamarnya. Tidak begitu banyak isi kamar itu, Lena memang orang yang simple. Hanya ada kasur beserta perangkatnya juga sebuah lemari baju dan sekaligus lemari riasnya. Lena juga tidak begitu suka berdandan. Kemana-mana dia hanya mengenakan bedak seadanya. Tiba-tiba matanya terhenti pada sebuah bingkai. Bingkai kecil yang berisi fotonya. Diapun beranjak dari tidurnya mengambil bingkai foto itu, dia kembali teringat pada Gaby. Dia membeli bingkai itu bersama dengan Gaby 2 tahun yang lalu. Dia membelinya di sebuah pasar tradisional. Hari itu adalah pengalaman pertama mereka berdua ke pasar tradisional. Awalnya mereka berdua ogah terlebih melihat banyaknya orang yang berdesakan dan jalanan yag becek. Tapi mereka berdua telah bertekat. Kebetulan saat itu mereka ada tugas mewawancarai pengunjung dan pejual pasar. Saat mulai masuk ke dalam pasar, ternyata mereka mulai tertarik terlebih ketika melihat harga di pasar tradisional yang jauh lebih murah di bandingkan di swalaya atau di mall. Saat itu  mereka berdua menemukan bigkai tersebut, di mata mereka berdua bigkai itu sangat unik. Maka diambillah bingkai itu masing-masing.
Saat itu dia dan Gaby baru kenal, mereka berdua sama-sama menyukai benda-benda unik. Dan akhirnya dipilihlah bingkai itu yang kebetulan memang hanya dua buah. Lena memilih paduan warna coklat pink sementara gaby biru kuning. Tiba-tiba saja ibu gaby memasuki kamarnya.
“kok diliatin terus bingkainya, ada apa?”
Lena yang dari tadi memperhatikan bingkai itu sekarang mengalihkan pandangannya ke arah ibunya. “eh ibu, tumben ibu ke kamar Lena nggak ngetuk pintu  biasanya ibu cuma manggil Lena dari luar”
Ibu Lena sekarang sudah duduk di kasur di samping Lena. Sambil mengambil bingkai yang tadi diletakkan Lena ibunya berkata “kamu yang nggak dengar, ibu dari tadi ngetuk pintu kamu tapi kamu tidak menyahut. Lagian pintunya tidak terkunci makanya langsung ibu buka saja, memangnya ibu tidak boleh ya masuk di kamar anak ibu lagi. Disini sudah ada rahasia yang tidak oleh ibu tau ya?” ibu Lena menyerangnya dengan berbagai pertannyaan.
Lena menjawab semua pertanyaan ibunya dengan singkat “nggak kok bu, lena tadi nggak dengar ibu.”
“Len, Gaby sudah lama ya tidak kesini” ibu Lena langsung menanyakan pertanyaan yang berat dijawab oleh Lena.
Lena terdiam, dia pusing mau menjawab apa. “ia bu, lagi sibuk dia” akhirnya Lena membohongi ibunya. Ndak sepenuhnya bohong sih, Gaby memang sedang sibuk dengan teman bandnya. Tapi nggak bisa dibilang jujur juga karena alasan Gaby ke sana bukan karena sibuk dengan bandnya tapi karena dia ada masalah dengan Lena. Masalah yang Lena tak mengerti karena apa.
“oww, baguslah. Ibu kira kalian berdua bermasalah.” Ibunya kini beranjak meniggalkan kamar Lena. Ditingkalkanya lena sendiri dengan perasaan sedih. Lena tidak ingin menampakkan kesedihannya. Lena kemudian mengambil selimut dan menutupi seluruh tubuhnya. Hingga kemudian dia tertidur.

Selasa, 04 Oktober 2011

Judul-judulan

maux cari gampang malah ribet begini. awalnya mengajukan judul rokok dengan objek penelitian mahasiswa unhas supaya saya ndak usah jauh-jauh meneliti. eh ujung-ujungnya judul yang aku usulkan katax sudah pernah diteliti. akhirnya dosen pembimbing menanyaiku apa yang sebenarnya yang saya mau. saya jelaskan rencana penelitianku. bahwa aku tertarik melihat prilaku merokok anak lembaga. dia malah berpikir aku anak lembaga dan melegalkan rokok. jelas saja dua-duanya salah. aku benci rokok makanya aku ngotot mau meneliti masalah rokok.
dasarnya pembimbingku orang baik,,, dia mengikuti keinginanku tapi memodifikasinya. katanya aku liat aja aspek lingkungannya. katanya nanti aku liat karakteristik perokok di lembaga, berapa yang merokok dan penyakit apa yang biasa mereka derita dihubungkan dengan lingkunagan lembaga/ sekret mereka, dalam hal ini kelembaban, suhu, pencahayaan, dll. awalnya aku pikir menarik juga. terlebih saat dosen pembimbingku bertanya apakah aku pintar bahasa ingris karena katanya tahun depan akan ada seminar internasional dan aku bisa mempresentasikan hasilku disitu. siapa yang ndak mau, sayang aku tak tau bahasa ingris aktif.
belakangan baru aku kewalahan, satu minggu cari referensi belum ada satupun teori ttg itu yang kutemukan. barangkali aku kurang gigih, memang. aku bellum bisa mengattur waktuku karena aku juga sementara mengaudit keuangan kopma. waktuku 80 % ke kopma. untuk kuliah tinggal 2. sempat kupikir untuk mengajukan judul-judulan saja, asal jadi. tapi dimana tanggung jawab morilku, dan sumbangsiku untuk dunia pendidikan.

Sabtu, 01 Oktober 2011

susahx jadi pengawas..... antara ada dan tiada.
Saya sangat mengapresiasi kinerja pengurus, khususnya Kabid Litbang & PA serta Kabid Adum dan Personalia. Sekarang kita tunggu Actionnya pengawas...
bersyukur juga sih dua bidang yang saya awasi dikatakan mengalami peningkatan dibandingkan bidang yang lain. cuma yang agak sedikit tidak enak karena mereka menanyakan andil dari kepengawasan. padahal apa yang pengurus kerja berdasarkan saran dari pengawas.
tapi ya sudahlah,,,, yang penting kopma baik. tidak perlu pusing mencari siapa yang salah dan yang benar. tidak perlu mengumbar-umbarkan apa yang telah kita lakukan. tuhan tau semuax.

memory of kopma

pengalaman kehilangan laptop membuatku kapok, bukan karena laptopx tp karena semua data yang ada di laptop terutama fotox. karena tidak mungkin untuk kita mengulang moment yang pernah ada. makax mengantisipasi hal itu saya mengupload sebagian foto saya, setidakx yg mewakili moment tertentu meskipun tidak semuax.