Label

Jumat, 30 Agustus 2013

:)

Boleh jadi dia menghalangi jalanku untuk berkomunikasi dengannya, tapi yang ku lakukan lebih hebat. Aku menutupnya. Capek aku.... sempat membiarkan seseorang ikut dalam duniaku, mempersilahkannya masuk dengan baik-baik. Dunia yang selama ini kunikmati sendiri, dan dengannya sempat ingin kubagi. Sekarang dia ingin berpura-pura lupa jalan menuju ke duniaku, akan ku bantu dia. Dia tak perlu pura-pura lupa lagi karena jejaknya sudah saya hapus. Gerbangnya sudah saya tutup dan kuberi pelindung ekstra.
Setelah ini dia boleh membenciku, tapi aku yakin itu takkan dilakukannya. Aku memperlakukannya dengan baik saat dia di duniaku. Tak pernah kuusir dia, Aku menunggu sampai dia memilih untuk keluar sendiri, dan setelah itu takkan kubiarkan masuk lagi. Dengan begitu, dia tak seharusnya dendam padaku. Jika suatu waktu dia rindu melihat duniaku, dia tak perlu menyalahkanku. Dia hanya perlu menyesali dirinya sendiri. :)


Satu dua tiga empat lima. Ya telah hampir lima tahun dan kalian masih seperti itu. Lucu juga saat kutau kisah kalian, meskipun tak sepenuhnya. Kisahmu itu membuatku mengingat tentang diriku. Kamu bilang padaku aku takkan mengerti. Aduh kak, aku mengerti karena aku pernah berada pada posisi kalian bukan hanya sebagai kamu tapi sebagai  dia. Satu-satunya posisi yang belum pernah kurasakan adalah sebagai seseorang perempuan yang kini menjadi pacarmu. Aku tau bagaimana dilemamu, aku tau bagaimana sakitnya dia. Satu- satunya yang aku tidak tau adalah bagaimana terlukanya perasaan pacarmu.
Entahlah apakah kisah kita memang sama. Tapi jika seperti apa yang pernah kurasakan, maka itu akan sulit. Karena melibatkan orang yang telah berpengalaman masalah perasaan dan yang tak memiliki pengalaman sama sekali.
***
Kisah ini tentang seorang teman yang ku kenal. Aku tak tau bagaimana persisnya kisahnya tapi sejauh yang aku tau kisah ini akan menyakitkan bagi beberapa orang.  Temanku yang bernama Inchi, seseorang yang selama lima tahun masih mempertahankan perasaannya. Sayangnya, dia memiliki perasaan pada orang yang salah. Pada kak Dedi yang merupakan pacar temannya, Meta.
Inchi bingung dari mana awal semua masalah ini, dia adalah orang baru dalam dunia yang melibatkan perasaan dan hubungan lawan jenis. Awalnya dia hanya menuruti perasaannya. Perasaannya yang mengatakan bahwa dia nyaman berada dekat dengan kak dedi, bahwa dia merasa mereka nyambung. Tapi tentu saja nyambung saja tidak cukup untuk menjalin sebuah hubungan. Bahkan perasaan suka dari satu pihak saja tidak cukup. Dia sadar betul akan hal itu, tapi lagi-lagi dia tak bisa menghindar. Aku tau inchi bukan orang yang bodoh, dia sadar bahwa dia berada pada posisi yang salah. Tapi apa boleh buat, karena kadang-kadang dia merasa kak dedi sendiri yang memberinya harapan untuk tetap bertahan pada perasaannya.  Di cap sebagai perusak hubungan orang, siapa yang bisa tahan. Tapi dia tahan, bukan karena dia orang yang tak berperasaan. Tentu dia sedih akan hal itu tapi setengah hatinya yakin bahwa dia bukan perusak. Bagaimana mau merusak, perasaan kak dedi padanya saja dia tak tau. Dan dia merasa sudah tak ada harapan lagi. Tapi setengah hatinya yang lain percaya kalau apa yang dituduhkan padanya memang benar, buktinya diapun masih mempertahankan perasaannya.
Dia sempat merasa senang meskipun bingung karena ada suatu waktu kak Dedi lebih memilih dia dari pada temannya. Jika dibandingkan dengan temannya, dia merasa tak ada apa-apanya.  Hmmm dasar Inchi temanku itu, dia masih melihat dari fisik. Dia masih belum sadar bahwa ada hal lain yang menyebabkan dia lebih baik dari temannya. 
Aku tau Inchi sering berbunga-bunga saat berkomunikasi dengan kak dedi sepertinya semua harapan menjadi semakin jelas. Dia masih mengenang hal-hal yang mengingatkannya pada kak Dedi. Dia telah cukup lama bersabar. Seperti dia tak ingin lagi berada pada posisi yang serba salah dan selalu di salahkan. Di curigai telah melukai perasaan seorang perempuan, memangnya dia sendiri tidak terluka? Dan memangnya siapa yang paling terluka disini? Secara tidak langsung diarahkan untuk tetap mencintai dengan tulus, sementara dia sendiri ragu apakah dia dicintai. Bahkan dia hampir yakin kalau dia tidak dicintai, barangkali hanya dikasihani.
Sering dia berpikir, bahwa barangkali selama ini dia memang yg GR. Dia merasa bahwa tulisan itu dia yang dimaksud, bahwa kak dedi masih mengenang namanya dan menceritakan ke teman-temannya itu karena sejujurnya kak dedi mencintainya. Tapi lebih sering dia mengutuki dirinya sendiri, menyesali kebodohannya. Menyadarkan dirinya bahwa dia hanyalah bagian dari masa lalu yang ingin dilupakan. Bahwa dia bukan satu-satunya. Dan dia mulai membenci kak Dedi, rasa benci itu makin menandakan bahwa dia masih sangat suka. Kenapa jg dia harus sakit hati? Tapi sejujurnya aku tak benar-benar tau apa yang inchi rasakan. Toh pada akhirnya Inchi akan menyerah dengan perasaannya. Pada akhirnya dia akan mundur, mundur yang sebanar-benarnya. Tidak seperti dlu yang tertarik ulur.  Dia memantapkan hatinya untuk memperbaiki diri, dan memasrahkan nasibnya dan yakin suatu saat akan mendapatkan seseorang yang benar-benar baik. Dia tak ingin menjadi orang yang menyesal di belakang. Dia akan sangat bahagia mulai dari sekarang
Di sisi lain posisi Meta tidak lebih baik. Memiliki hubungan dengan bayang-bayang seorang teman sendiri. Memiliki kekhawatiran tidakkah suatu saat hubungannya akan berakhir.  Kadang kala merasa bahwa dia yang setengah mati mempertahankan hubungan, tapi kak Dedi sepertinya tidak. Dia pusing, dia yakin kak dedi mencintainya, buktinya kak dedi memilih dirinya dan telah bertahan sangat lama. Tapi kadang kala, dia tak mengerti jalan pikiran pacarnya itu. Dia yakin kak dedi dan semua ucapan yang kak dedi berikan padanya adalah pertanda bahwa kak dedi sayang, tapi kadang-kala dia mendapat sedikit berita tidak baik tentang kak Dedi dan temannya itu.  Jika benar keduanya masing-masing memiliki perasaan, kak dedi dan temannya itu, dia yakin dia adalah pihak yang paling sakit. Meta menjadi seseorang yang selalu ada, barangkali itulah yang menyebabkan dia seolah-olah tidak ada. Tidak terperhatikan. Seperti matahari yang tak di pedulikan kalau siang tapi dirindukan saat senja. Barangkali dia harus agak menjauh dulu agar kak Dedi sadar betapa berartinya dia untuk hidup kak dedi. Walau bagaimanapun Meta pantas bahagia sekarang, karena saat ini Kak Dedi Memilihnya.
Dan Kunci dari semua ini ada pada kak Dedi. Aku tak begitu mengenalnya. Jika ingin kusimpulkan maka aku akan bilang sebenarnya, kak Dedi hanya kagum pada Inchi dan dia sayang pada Meta.   Dan jika ada pihak yang akan paling tersakiti saya rasa dialah orangnya, karena apapun yang nantinya akan dipilihnya berisiko, dan kemungkinan tidak mendatangkan kebahagiaan bagi semua. Kak dedi susah lupa pada Inchi karena tulisan inci adalah tentang dirinya. Bahwa kak Dedi merasa bersalah atas apa yang terjadi. Maka jadilah mereka berdua, kak dedi dan Inchi dua orang yang saling menyalahkan diri masing-masing. Kak Dedi masih mengenang setiap hal kecil yang menghubungkan memorinya dengan Inchi. Menurutku, barangkali kak Dedi hanya kagum pada Inchi seperti yang kukatakan tadi. Ada banyak hal yang dia sukai dari perempuan itu, tapi ada satu kekurangan Inchi yang dalam otaknya masih tidak bisa dia terima. Aku ingin bilang padanya “ hai bung, hubungan itu pakai perasaan, jangan terlalu pakai otak”. Tapi tentu saja aku tak bisa bilang padanya.
Kak dedi bilang, dia tidak bisa bersama Inchi karena Inchi terlalu baik baginya. Aku tau inchi memang baik, tapi siapa yang berhak menentukan apa yang baik dan tidak baik untuknya? Kak dedi,, kak dedi…. Aku mulai curiga jangan-jangan dia sebenarnya tidak bisa melepaskan kedua-duanya. Barangkali ia ingin tetap bersama Meta tapi juga ingin dikagumi oleh Inchi. Inchi benar dalam satu hal bahwa kak Dedi tidak pernah secara langsung menyatakan dia suka padanya. Tapi Kata-kata yang kak Dedi tuliskan bahwa dia menyukai seorang gadis, salahkah kalau inchi merasa itu dirinya? Pasti akan sangat menyakitkan kalau ternyata kak dedi sengaja menulis itu bukan Cuma untuk dirinya tapi untuk beberapa orang, atau bahkan bisa lebih parah bahwa tulisan itu bukan untuk siapa-siapa. Bahwa kak Dedi sengaja membuatnya ambigu supaya ada banyak orang yang merasa. Tapi tentu saja itu hanya asumsiku, aku yakin Kak Dedi bukan orang seperti itu.
Kak Dedi akan meradang kalau tau Inchi masih menulis tentang dirinya, dia akan complain pada Inchi  padahal di dirinya dia senang juga bisa jadi inspirasi. Kak dedi ingin Inchi bahagia, Tapi aku tak yakin apakah kak Dedi siap untuk itu. Kak dedi memang orang yang baik, Tapi bahkan orang baikpun pasti akan menangis melihat orang yang dia sayang menangis. Dan akan lebih sedih lagi saat dia melihat air mata perempuan yang disayanginya yang disebabkan oleh dirinya dihapus oleh laki-laki lain. Bahwa ada orang lain yang sekarang membuatnya tertawa dan menjauhkan air mata itu.
Sungguh aku berharap kebahagiaan bagi mereka bertiga, utamanya bagi orang yang selama ini paling tersakiti. Semoga akhir yang bahagia akan segera datang untuknya. Aku senang kalau ternyata akhirnya kak dedi menetapkan hatinya pada satu orang. Karena kalau dia memaksakan menggenggam dua-duanya, aku yakin dua-duanya akan lepas.
***

Kamis, 15 Agustus 2013

minggu yang sibuk... mengurus semua keperluan orang lain. terlalu bersemangat tadi, dan sekarang betisku sepertinya mau pecah. sejujurnya hari ini sepertinya aku ingin menangis biar hilang semua capeknya. tapi apa yang bisa ku lakukan hanyalah mengeluh. cukup d tulisan ini aku mengeluh, agar tak seorangpun tau kelemahanku. agar aku bisa mempertahankan kekuatanku. agar aku setidaknya bisa memotivasi diriku sendiri.
kerja..kerja..kerja... mikir..mikir..mikir... ga ada capeknya, g ada berhentinya.