Satu dua tiga empat lima. Ya telah hampir lima tahun dan kalian masih
seperti itu. Lucu juga saat kutau kisah kalian, meskipun tak sepenuhnya.
Kisahmu itu membuatku mengingat tentang diriku. Kamu bilang padaku aku takkan
mengerti. Aduh kak, aku mengerti karena aku pernah berada pada posisi kalian
bukan hanya sebagai kamu tapi sebagai
dia. Satu-satunya posisi yang belum pernah kurasakan adalah sebagai
seseorang perempuan yang kini menjadi pacarmu. Aku tau bagaimana dilemamu, aku
tau bagaimana sakitnya dia. Satu- satunya yang aku tidak tau adalah bagaimana
terlukanya perasaan pacarmu.
Entahlah apakah kisah kita memang sama. Tapi jika seperti apa yang pernah
kurasakan, maka itu akan sulit. Karena melibatkan orang yang telah
berpengalaman masalah perasaan dan yang tak memiliki pengalaman sama sekali.
***
Kisah ini tentang seorang teman yang ku kenal. Aku tak tau bagaimana
persisnya kisahnya tapi sejauh yang aku tau kisah ini akan menyakitkan bagi
beberapa orang. Temanku yang bernama
Inchi, seseorang yang selama lima tahun masih mempertahankan perasaannya.
Sayangnya, dia memiliki perasaan pada orang yang salah. Pada kak Dedi yang
merupakan pacar temannya, Meta.
Inchi bingung dari mana awal semua masalah ini, dia adalah orang baru
dalam dunia yang melibatkan perasaan dan hubungan lawan jenis. Awalnya dia
hanya menuruti perasaannya. Perasaannya yang mengatakan bahwa dia nyaman berada
dekat dengan kak dedi, bahwa dia merasa mereka nyambung. Tapi tentu saja
nyambung saja tidak cukup untuk menjalin sebuah hubungan. Bahkan perasaan suka
dari satu pihak saja tidak cukup. Dia sadar betul akan hal itu, tapi lagi-lagi
dia tak bisa menghindar. Aku tau inchi bukan orang yang bodoh, dia sadar bahwa
dia berada pada posisi yang salah. Tapi apa boleh buat, karena kadang-kadang
dia merasa kak dedi sendiri yang memberinya harapan untuk tetap bertahan pada
perasaannya. Di cap sebagai perusak
hubungan orang, siapa yang bisa tahan. Tapi dia tahan, bukan karena dia orang
yang tak berperasaan. Tentu dia sedih akan hal itu tapi setengah hatinya yakin
bahwa dia bukan perusak. Bagaimana mau merusak, perasaan kak dedi padanya saja
dia tak tau. Dan dia merasa sudah tak ada harapan lagi. Tapi setengah hatinya
yang lain percaya kalau apa yang dituduhkan padanya memang benar, buktinya
diapun masih mempertahankan perasaannya.
Dia sempat merasa senang meskipun bingung karena ada suatu waktu kak Dedi
lebih memilih dia dari pada temannya. Jika dibandingkan dengan temannya, dia
merasa tak ada apa-apanya. Hmmm dasar
Inchi temanku itu, dia masih melihat dari fisik. Dia masih belum sadar bahwa
ada hal lain yang menyebabkan dia lebih baik dari temannya.
Aku tau Inchi sering berbunga-bunga saat berkomunikasi dengan kak dedi
sepertinya semua harapan menjadi semakin jelas. Dia masih mengenang hal-hal yang
mengingatkannya pada kak Dedi. Dia telah cukup lama bersabar. Seperti dia tak
ingin lagi berada pada posisi yang serba salah dan selalu di salahkan. Di
curigai telah melukai perasaan seorang perempuan, memangnya dia sendiri tidak
terluka? Dan memangnya siapa yang paling terluka disini? Secara tidak langsung
diarahkan untuk tetap mencintai dengan tulus, sementara dia sendiri ragu apakah
dia dicintai. Bahkan dia hampir yakin kalau dia tidak dicintai, barangkali
hanya dikasihani.
Sering dia berpikir, bahwa barangkali selama ini dia memang yg GR. Dia
merasa bahwa tulisan itu dia yang dimaksud, bahwa kak dedi masih mengenang
namanya dan menceritakan ke teman-temannya itu karena sejujurnya kak dedi
mencintainya. Tapi lebih sering dia mengutuki dirinya sendiri, menyesali
kebodohannya. Menyadarkan dirinya bahwa dia hanyalah bagian dari masa lalu yang
ingin dilupakan. Bahwa dia bukan satu-satunya. Dan dia mulai membenci kak Dedi,
rasa benci itu makin menandakan bahwa dia masih sangat suka. Kenapa jg dia
harus sakit hati? Tapi sejujurnya aku tak benar-benar tau apa yang inchi
rasakan. Toh pada akhirnya Inchi akan menyerah dengan perasaannya. Pada
akhirnya dia akan mundur, mundur yang sebanar-benarnya. Tidak seperti dlu yang
tertarik ulur. Dia memantapkan hatinya
untuk memperbaiki diri, dan memasrahkan nasibnya dan yakin suatu saat akan
mendapatkan seseorang yang benar-benar baik. Dia tak ingin menjadi orang yang
menyesal di belakang. Dia akan sangat bahagia mulai dari sekarang
Di sisi lain posisi Meta tidak lebih baik. Memiliki hubungan dengan
bayang-bayang seorang teman sendiri. Memiliki kekhawatiran tidakkah suatu saat
hubungannya akan berakhir. Kadang kala
merasa bahwa dia yang setengah mati mempertahankan hubungan, tapi kak Dedi
sepertinya tidak. Dia pusing, dia yakin kak dedi mencintainya, buktinya kak
dedi memilih dirinya dan telah bertahan sangat lama. Tapi kadang kala, dia tak
mengerti jalan pikiran pacarnya itu. Dia yakin kak dedi dan semua ucapan yang
kak dedi berikan padanya adalah pertanda bahwa kak dedi sayang, tapi
kadang-kala dia mendapat sedikit berita tidak baik tentang kak Dedi dan
temannya itu. Jika benar keduanya
masing-masing memiliki perasaan, kak dedi dan temannya itu, dia yakin dia
adalah pihak yang paling sakit. Meta menjadi seseorang yang selalu ada,
barangkali itulah yang menyebabkan dia seolah-olah tidak ada. Tidak
terperhatikan. Seperti matahari yang tak di pedulikan kalau siang tapi
dirindukan saat senja. Barangkali dia harus agak menjauh dulu agar kak Dedi sadar
betapa berartinya dia untuk hidup kak dedi. Walau bagaimanapun Meta pantas
bahagia sekarang, karena saat ini Kak Dedi Memilihnya.
Dan Kunci dari semua ini ada pada kak Dedi. Aku tak begitu mengenalnya.
Jika ingin kusimpulkan maka aku akan bilang sebenarnya, kak Dedi hanya kagum pada
Inchi dan dia sayang pada Meta. Dan jika ada pihak yang akan paling tersakiti
saya rasa dialah orangnya, karena apapun yang nantinya akan dipilihnya
berisiko, dan kemungkinan tidak mendatangkan kebahagiaan bagi semua. Kak dedi
susah lupa pada Inchi karena tulisan inci adalah tentang dirinya. Bahwa kak
Dedi merasa bersalah atas apa yang terjadi. Maka jadilah mereka berdua, kak
dedi dan Inchi dua orang yang saling menyalahkan diri masing-masing. Kak Dedi
masih mengenang setiap hal kecil yang menghubungkan memorinya dengan Inchi.
Menurutku, barangkali kak Dedi hanya kagum pada Inchi seperti yang kukatakan
tadi. Ada banyak hal yang dia sukai dari perempuan itu, tapi ada satu
kekurangan Inchi yang dalam otaknya masih tidak bisa dia terima. Aku ingin
bilang padanya “ hai bung, hubungan itu pakai perasaan, jangan terlalu pakai
otak”. Tapi tentu saja aku tak bisa bilang padanya.
Kak dedi bilang, dia tidak bisa bersama Inchi karena Inchi terlalu baik
baginya. Aku tau inchi memang baik, tapi siapa yang berhak menentukan apa yang
baik dan tidak baik untuknya? Kak dedi,, kak dedi…. Aku mulai curiga
jangan-jangan dia sebenarnya tidak bisa melepaskan kedua-duanya. Barangkali ia
ingin tetap bersama Meta tapi juga ingin dikagumi oleh Inchi. Inchi benar dalam
satu hal bahwa kak Dedi tidak pernah secara langsung menyatakan dia suka
padanya. Tapi Kata-kata yang kak Dedi tuliskan bahwa dia menyukai seorang
gadis, salahkah kalau inchi merasa itu dirinya? Pasti akan sangat menyakitkan
kalau ternyata kak dedi sengaja menulis itu bukan Cuma untuk dirinya tapi untuk
beberapa orang, atau bahkan bisa lebih parah bahwa tulisan itu bukan untuk
siapa-siapa. Bahwa kak Dedi sengaja membuatnya ambigu supaya ada banyak orang
yang merasa. Tapi tentu saja itu hanya asumsiku, aku yakin Kak Dedi bukan orang
seperti itu.
Kak Dedi akan meradang kalau tau Inchi masih menulis tentang dirinya, dia
akan complain pada Inchi padahal di
dirinya dia senang juga bisa jadi inspirasi. Kak dedi ingin Inchi bahagia, Tapi
aku tak yakin apakah kak Dedi siap untuk itu. Kak dedi memang orang yang baik,
Tapi bahkan orang baikpun pasti akan menangis melihat orang yang dia sayang
menangis. Dan akan lebih sedih lagi saat dia melihat air mata perempuan yang
disayanginya yang disebabkan oleh dirinya dihapus oleh laki-laki lain. Bahwa
ada orang lain yang sekarang membuatnya tertawa dan menjauhkan air mata itu.
Sungguh aku berharap kebahagiaan bagi mereka bertiga, utamanya bagi orang
yang selama ini paling tersakiti. Semoga akhir yang bahagia akan segera datang
untuknya. Aku senang kalau ternyata akhirnya kak dedi menetapkan hatinya pada
satu orang. Karena kalau dia memaksakan menggenggam dua-duanya, aku yakin
dua-duanya akan lepas.
***
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
komentnya dong... :)